25.12.13

Hujan, Banjir, dan Macet di Makassar

Saya pikir saya tidak akan lagi menuliskan soal ini sebagai reportase di blog saya. Tapi rupanya saya salah. Saya masih tetap harus menulis juga soal ini. Seperti ritual tahunan ternyata. Sayangnya, bukan sesuatu yang membanggakan, sorry to say. Padahal dengan saya menulis soal ini setahun lalu, saya sungguh berpikir baik bahwa akan ada perubahan tahun depan. Perubahan signifikan yang jaauuuuh lebih baik. Well, saya salah.

Eh, ini soal apa sih sebenernya? Hihihi…

14.12.13

Sepatu Baru Merani si Gurita Merah (Cerita Anak)

Sepatu Baru Merani si Gurita Merah

Di halaman rumah, Merani si gurita merah sedang merasa gundah. Sebentar lagi festival Bunga Karang akan berlangsung. Ia ingin sekali memiliki sepatu baru untuk menghadiri festival itu.
“Coba lihat empat pasang sepatuku ini!” ujarnya sendu kepada Lili si ikan pari manta sahabatnya. Ia mengangkat semua sepatunya ke hadapan Lili. Merani memiliki delapan buah alat gerak sehingga ia harus mengenakan empat pasang sepatu.
“Sepasang berlubang bagian depannya.” Merani menatap dua buah sepatunya yang bolong.
“Sepasang lagi talinya putus,” Merani mengangkat tali sepatunya.
“Yang dua ini warnanya pudar. Sepasang yang lain solnya mangap,” ujarnya sedih.

21.11.13

Cernak Octo si Pangeran Gurita

Menulis cerita anak kemudian diilustrasikan, itu adalah sesuatu yang sangat saya idamkan. Ingin sekali rasanya suatu saat saya bisa menerbitkan buku anak yang penuh dengan gambar-gambar cantik dan atraktif. Kalau membayangkan itu gemeeesssss rasanya :D

Nah, sebagai salah satu rangkaian gerbong untuk menuju ke sana, inilah salah satu karya yang berhasil saya tuliskan dan kemudian diapresiasi oleh Kompas, cernak Octo si Pangeran Gurita.

Ilustrasinya baguuusss ya! ^^


Jika ada yang penasaran dengan isi ceritanya secara lengkap bisa mengunjungi blog Be A Writer, Octo si Pangeran Gurita. Selamat membaca ;) 

20.11.13

Promo Buku Reisha Si Pengusaha Cilik

Promo Buku Reisha Si Pengusaha Cilik. Bismillahirrahmanirrahim…

Berapa banyak waktu yang kau butuhkan untuk membuktikan sesuatu, apa saja, yang tengah kau tekuni?

Dunia aksara, menjadi sebuah dunia yang saya terjuni sejak hampir dua tahun lalu. Awalnya sih sekadar ngeblog yang bertujuan refreshing semata. Siapa sangka segalanya menjadi seserius sekarang. Entahlah, salah satu faktor penyebabnya mungkin, gara-gara ketika ibu saya mendapati saya rajin nulis, beliau langsung memvonis … ooh nanti jadi buku seperti yang di gramedia itu ya! Wuiihhh, makjleb tenan kata-kata itu. Ya ampun, Ma, tinggi nian doa dan harapanmu. Tapi justru karena itulah saya pun mulai semakin serius menulis. Saya tidak bermaksud meremehkan kegiatan ngeblog, cuma berhubung yang ingin saya senangkan adalah ibu saya, yang mana satu hal sederhana yang paling mudah dipahaminya adalah bahwa penulis berarti buku dengan namanya mejeng di toko, maka yah baiklah, itu dulu yang harus saya kejar.

21.10.13

Dari Ibu Untukmu, Anakku!

Perasaan apa yang muncul dalam hati ketika mendengar nama-nama berikut ini disebut? Bacharuddin Jusuf Habibie. Jusuf Kalla. Yusuf Mansur. Kagum? Ketiga nama yang saya sebutkan, adalah beberapa nama besar yang masing-masing memiliki keistimewaan. Mr. Crack, sang penemu teori kelelahan besi yang besar gunanya dalam bidang penerbangan di seluruh dunia, Habibie. Pemilik kerajaan bisnis kendaraan, ekspor-impor, real estate, dan masih banyak lagi, Jusuf Kalla. Pendakwah kharismatik, penggagas pondok penghafal quran, salah satu provokator sedekah, Yusuf Mansur.

Satu pertanyaan yang selalu dan senantiasa menggedor pikiran saya manakala membaca atau mendengar nama-nama besar seperti ketiganya disebut adalah bagaimanakah orang tuanya? Seperti apa ayah dan ibu dari masing-masing mereka berperan sampai-sampai bisa terbentuk manusia-manusia unggul yang membuat kagum seperti mereka? Bisakah saya, membina buah hati saya seperti para orang tua dari nama-nama besar itu?

Anak adalah titipan Tuhan yang berpredikat amanah. Setiap orang tua tentu ingin buah hatinya menjadi orang-orang terbaik di generasinya. Termasuk saya pribadi yang dititipi dan diamanahi dua orang buah hati. Saya adalah orang yang selalu ingin menangis rasanya ketika membaca-baca biografi milik orang-orang hebat. Siapa yang tidak ingin kelak anak-anaknya menjadi salah satu pemimpin masa depan? Membanggakan orang tua dunia dan akhirat?
Apa yang harus saya lakukan? Apa yang bisa saya lakukan? Apa yang sudah saya lakukan demi membawa anak-anak ke arah sana?

Kinanthi Terlahir Kembali (Tasaro GK), Apa Bagusnya?

Judul : Kinanthi Terlahir Kembali
Penulis : Tasaro GK
Penerbit : Bentang Pustaka
Penyunting : Dhewiberta
ISBN : 978-602-8811-90-3

Tentu saja itu bagus, Tasaro GK yang nulis wooii! Kalo buku ini diibaratkan tembok rumah, lapisan plester aci yang menutupi permukaannya halus banget, jadinya temboknya mulus, enak dielus. Kinanthi ini, terserah dia mau disebut terlahir kembali atau apa, adalah novel kedua karya Tasaro yang saya baca setelah Rindu Purnama. Entah menurutmu, tapi menurutku ada semacam kesamaan pola antara kedua novel itu. Keduanya sama berintikan kisah seorang perempuan yang berusaha menemukan kembali cintanya. Ada latar Jawa yang juga sama kental, dan nama tokoh utama lelakinya yang berakhiran 'j' ... Ajuj... Gaj Ahmada. Hehehe.

Membaca bab pertama Kinanthi, sebenernya saya ragu apa bisa menamatkan novel itu atau  tidak. Maksudku, ya ampun, halamannya 500an! Belum lagi saya cukup terganggu dengan pengisahan kedua tokoh utama ketika berumur 11-12 tahun, kelas 6 SD, namun digambarkan telah begitu dekat. Ke mana-mana berdua, saling melindungi, saling mencari, berkorban. Entahlah, mungkin lumrah saja ya, karena konteks kejadiannya di kampung di daerah Jawa di mana pernikahan belia adalah hal biasa? Entahlah... yang pasti apapun alasannya saya tetep kurang suka dengan penggambaran kedua tokoh di masa kecilnya itu. Saya masih lebih suka dengan Nono-nya eyang Djokolelono, Ikal-nya Andrea Hirata, atau bahkan Rindu-nya Tasaro GK sendiri!

Kemudian persoalan pemakaian bahasa Jawa yang sangat banyak di bab pembuka itu. Aduh.. bukan ngga suka atau ngga bagus… tapii… ah, mbuhlah ;p

Tapi harus saya akui, semua itu berhasil membangun kesan kuat dari tokoh-tokohnya. Siapa Kinanthi, siapa Ajuj, siapa orangtua mereka dan tokoh-tokoh lain yang terlibat di dalamnya. Demikian juga tentang latar tempat dan budaya. (Bocoran sedikit, di awal-awal, ada sekilaaaas banget cerita perselingkuhan antara Sumikem yang mulutnya ga bisa mingkem dengan seorang lelaki misterius. Entah kenapa saya sudah bisa menebak dengan siapa Sumikem selingkuh, lho, hehehe. Dan di akhir cerita terbuktilah tebakan saya itu benar wahahaha! *tepuktangansendiri

Meskipun begitu, nyatanya saya tidak berhenti baca. Kenapa ya? Pertama, mungkin karena ini Tasaro, sang juru dongeng, jadi seneng aja baca dongengannya.  Kedua pengin membuktikan, Kinanthi, katanya sih bagus. Ketiga, karena saya pembaca yang (sedang belajar jadi) penulis, jadi pengin sekaligus belajar biar bisa berkarya selicin beliau itu.

Oke lanjut!
Beruntung Kinanthi ini, oleh Tasaro, dia dinisbati intelegensi tinggi. Pas tamat SD, NEM nya paling cemerlang, wow! Lalu secara dramatis, kebersamaan Kinanthi - Ajuj dikisahkan berakhir sampai di penghujung sekolah dasar ini. Kenapa? Baca sendiri deh yaaa..

Lalu pada sebuah setting lain. Di negeri gurun pasir beronta, Saudi Arabia, Kinanthi yang seumur anak SMP bertualang menjadi TKW yang bernasib sungguh malang. Tiga kali pindah majikan tiga kali pula dia harus mengalami siksaan yang sangat memilukan. Nah, ini... dengan kapabilitas Tasaro yang sangat pandai mendongeng, saya sebagai pembaca benar-benar hanyut dan jatuh iba pada nasib Kinanthi. Bukan itu saja saudara-saudara, saya juga jadi ikut terstigma memtidaksukai para majikan itu. Yep, those Arabics! Duh, kenapa harus begitu sih kisah TKWnya, Mas Tasaro (uhuk!). Iya sih banyak kisah tragis TKW di Arab, tapi kan nggak semua, ya? Iya sih, cerita itu dibuat untuk membangun plot yang kokoh akan kontrasnya kehidupan Kinanthi kelak. Iya sih, you did try to say that Islam and Arab were not identical. Tapi kaaann... (jadi penasaran saya sama bukunya yang tentang kisah nabi Muhammad itu!)

20.10.13

Analisis (Amatir) Tulisan Tangan J.K. Rowling

Analisis (Amatir) Tulisan Tangan J.K. RowlingSeorang kawan mengupload coretan tangan J.K. Rowling di grup menulis fb saya. Coretan J.K. Rowling herself (setidaknya berdasarkan gugling yang saya dapat di sini), waw! Yang bikin lebih wohoho lagi adalah, ini bukan konsep buku seri pertamanya tapi sudah buku yang kelima. Dan dia masih menggunakan metode oret-oretan cakar ayam macam itu untuk memetakan konsepnya? Ckckck.

Sepertinya sudah menjadi formula rahasia dia mungkin ya, nyamannya seperti itu dalam membangun sebuah tulisan, sungguh out of pattern. Dia semacam membuat pola menulisnya sendiri. Tapi dipikir-pikir, memang seperti itu seharusnya seorang penulis, bukan? Karena layaknya seorang chef professional dengan signature dish-nya, begitu pula dengan seorang penulis dan karyanya. Ini adalah soal rasa, soal pikir, soal keunikan yang dimiliki masing-masing penulis. Dalam karyanya termasuk prosesnya. Semua unik, berbeda satu sama lain, semua memiliki pola sendiri. Soal teori, pasti hanyalah teori, pelaksanaan bisa jadi berbeda.

Kembali kepada tulisan tangan yang berisi konsep salah satu seri Harry Potter milik J.K. Rowling, the phenomenal. Oh my, ini buku kelimanya saudara-saudara, yang mana artinya sudah empat kali terjadi setiap bukunya mau terbit di mana orang sampai rela menginap di depan toko demi menjadi pembaca paling pertama, dan beliau masih mengoret-oreti kertas seperti itu! Ckckck!

Daaannn… setelah saya mencoba menelisik konsep yang tertuang dalam secarik kertas itu, sampai mata saya pusing, setidaknya saya ‘berhasil’ sedikiiiiiit (sok) paham bagaimana cara kerja seorang J.K. Rowling dalam meracik karyanya. Tentang bagaimana dia mengingat semua tokohnya, semua plot, semua alur, yang tertuang dalam 1200 halaman penuh fantasi, petualangan, dan jalan cerita yang dinamis.

Baiklah mari kita bersama-sama coba melakukan analisis (amatir) tulisan tangan J.K. Rowling, yuuk!

18.10.13

Rumus 3K Agar Pernikahan Bahagia Selamanya

Rumus 3K Agar Pernikahan Bahagia Selamanya. Siapa yang tidak ingin pernikahan yang diikrarkannya atas nama Tuhan berjalan baik selalu? Pasti semua pasangan menginginkannya. Pasti semua yang terlibat dalam pernikahan mengidamkannya. Namun seperti lazimnya segala yang bernama keinginan dan idaman, tidak ada makan siang gratis, semua butuh usaha untuk mencapainya. Apalagi pernikahan. Maka berikut ini adalah (menurut pendapat saya) Rumus 3K agar pernikahan bahagia selamanya :

  • Komitmen

Komitmen? Bukan cinta? Yup, komitmen, bukan cinta. Percayalah, pada akhirnya yang akan membuat arus pernikahan terus mengalir lancar hingga akhir hayat adalah komitmen. Komitmen untuk terus memegang teguh akad yang terucap atas nama Tuhan, jauh lebih urgen ketimbang cinta. Cinta sifatnya datang dan pergi, grafiknya naik dan turun. Riskan, sungguh riskan jika pernikahan hanya berharap pada cinta.

  • Kepercayaan

Salah satu hal yang sudah langka di zaman sekarang selain harimau sumatera, adalah kepercayaan. Ketika seorang suami ke luar kota, jauh dari istrinya, menginap di hotel, kemudian datang oknum tukang becak menawarkan teman tidur semalam, hal apa yang mampu mencegahnya untuk tidak tergoda? Ketika seorang istri berselancar di dunia maya sosial media, bertemu kembali dengan mantannya, saling sapa saling akrab, nostalgia masa lalu, hal apa yang mampu mencegahnya untuk tidak tergoda? Sekali kepercayaan dilanggar, takkan pernah lagi pulih seperti sedia kala!

  • Komunikasi

Jika sebelum terjadi pernikahan, betapa tidak mendengar suara pasangan barang sejam saja rasanya seperti seorang pecandu yang sedang sakau, apa yang terjadi ketika mereka menikah? Saling diam berhari-hari pun ternyata tahan. Padahal jika saling diam, bagaimana akan muncul solusi? Komunikasilah, keluarkan semua pikiranmu, perasaanmu, kalau mau bertengkar silakan. Tapi jangan lupa, cari jalan keluar demi kebaikan bersama, bukan demi ego pribadi.

Demikian Rumus 3K Agar Pernikahan Bahagia Selamanya dari saya. Bagi kawan yang sudah menikah, semoga dikaruniakan pernikahan yang bahagia, yang mendatangkan ketenangan jiwa raga. Bagi kawan yang belum menikah, pastikan untuk mengenali calon pasanganmu. Jangan sampai salah lalu menyesal selamanya. Naudzubillah. 

Bagaimana tips mengenali calon pasangan agar tidak salah pilih? Nantikan postingan saya di masa depan (Insya Allah).

9.10.13

Tips Rumah Idaman

Tips Rumah Idaman. Rumah idaman, siapa yang tidak ingin memilikinya? Anda, saya, kita semua tentunya ingin memiliki rumah idaman dengan segala kriterianya. Luasnya, modelnya, lokasinya, dan tentu saja anggaran dananya adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika seseorang ingin membeli rumah. Saya pribadi membayangkan sebuah rumah dengan model minimalis, tak perlu terlalu besar asalkan halaman belakang luas, dan memiliki kolam renang pribadi, sebagai gambaran rumah idaman saya. Bagaimana dengan Anda?

Selain semua kriteria tadi, ada beberapa hal lain yang perlu diperhatikan manakala kita hendak membeli rumah idaman. Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa dijadikan pertimbangan :

5.10.13

12 Menit : Sekarang atau Kau Akan Menyesal Selamanya!

Konon nama Bontang bukan dari rumpun bahasa Kalimantan. Asal nama kota yang memiliki beragam budaya dan menyebut dirinya Indonesia kecil itu adalah Bond yang berarti ikatan dan Tang dari kata pendatang. (12 Menit, halaman 27)

Setidaknya ada tiga doa yang tadi mereka gemakan dalam hati masing-masing. Al-Fatihah, Bapa Kami, dan Mantram Gayatri. Indah sekali, mereka gumamkan pinta yang sama dengan cara yang berbeda-beda. Bhineka Tunggal Ika dalam arti yang sebenar-benarnya. (12 Menit, halaman 328)

Lahang, Elaine, dan Tara. Mereka adalah tiga dari keseluruhan tokoh yang ada dalam novel 12 Menit. Mengapa saya menyoroti mereka bertiga? Karena merekalah tiga tokoh yang mewakili dua buah kutipan yang saya tampilkan di muka. Lahang, seorang anak dari suku Dayak yang ayahnya menderita sakit kanker otak. Alih-alih menjalani terapi medis, sang ayah lebih memilih diobati oleh Pemeliatn, semacam pemuka agama dalam suku Dayak. Ritual tradisional digelar demi kesembuhan ayahanda Lahang. Ritual yang sangat diharapkan oleh Lahang dapat membawa kesembuhan sang ayah.

3.10.13

The Jacatra Secret : Novel Aksi dan Sejarah


Apa alasan yang biasanya membuatmu membeli sebuah buku? Saya banyak. Kadang karena penasaran, kadang karena saking anehnya sebuah buku menurutku, kadang karena saya mengenal penulisnya, kadang karena ingin saja. Macam-macam. Adapun alasan ketika saya memutuskan membeli The Jacatra Secret, terus terang adalah karena ada label 'segera difilmkan' di bagian luar plastik pembungkus buku itu.

Oke, kenapa bisa buku ini dikata akan segera difilmkan?

Membaca prolog The Jacatra Secret, rasanya telapak kaki saya mendadak dingin. Dingin karena tegang. Sebuah ritual satanic digambarkan di dalamnya. Amboi! Kemudian masuk ke bab selanjutnya, saya disuguhi sebuah kasus pembunuhan seorang profesor, pejabat Bappenas. Oke, sampai di situ saya pikir saya sudah paham kenapa buku ini akan segera difilmkan :)

Sayangnya, memasuki bab-bab selanjutnya ekspektasi saya akan aksi-aksi atau apa pun itu yang menegangkan sedikit tertunda. Penulis justru menghadirkan banyak sekali penjelasan sejarah melalui tokoh utamanya yang bernama John Grant. John Grant adalah seorang ahli simbol (di buku disebut simbolog, saya lebih suka menyebutnya ahli simbol) dari Amerika. Pria asing yang tengah berada di Indonesia dalam rangka menjadi nara sumber sebuah seminar. Menyimak penjelasan sejarah yang diungkapnya di acara seminar, juga yang dibicarakannya secara privat bersama kawan wanitanya, Angelina Dimitreia, jujur saja adalah bagian terberat bagi saya dalam melalap novel ini. Mau dilewatkan, sayang, mau dibaca sungguh-sungguh kok mata saya rasanya digantungi kapak. Saya bahkan kadang berseloroh sendiri, apa jangan-jangan buku ini mengandung bubuk tidur ya? Bukan, bukan! Bukan berarti buku ini buruk! Sayalah yang sepertinya tidak kuat membaca sejarah. Atau mungkin juga karena saya biasanya baru sempat membaca ketika tanggung jawab saya di rumah sudah selesai. Itu berarti jam 9 malam, dengan kondisi fisik yang juga sudah lelah hehehe. Makanya ngantuk.

28.9.13

Mari Mulai Gaya Hidup Yang Baik!

Beberapa bulan lalu, ayah saya tercinta didiagnosa gejala stroke ringan oleh dokter. Sebelah kiri tubuhnya mengalami gejala seperti kesemutan. Selama sekitar tiga bulan sejak penyakit itu menyerang, hingga kini belum juga secara total menghilang. Padahal tidak sedikit obat-obatan yang beliau konsumsi sesuai petunjuk dokter. Untung saja sebagai seorang pensiunan BUMN seluruh pengobatannya ditanggung oleh kantornya, jadi beban biaya tidak terlalu terasa. Alhamdulillah.

Banyak orang ketika masa mudanya berlomba-lomba mengejar harta seolah hal itu adalah sesuatu yang paling penting di dunia. Dengan dalih demi masa tua, beberapa di antara mereka begitu sibuknya hingga melupakan perkara-perkara yang jauh lebih krusial. Bukan berarti hal itu salah. Kita boleh saja merasa harta adalah yang terpenting, entah dengan dalih apa pun, namun yakinlah ketika seseorang memasuki masa tua sesungguhnya harta yang jauh lebih utama adalah kesehatan. Sehat jasmani, sehat rohani, sehat iman. Dengan kesehatan, segala kebutuhan hidup bisa diusahakan, sementara jika kesehatan melayang, harta akan habis terbuang.

Salah satu terapi pemulihan yang disarankan oleh dokter kepada ayah saya adalah menjaga pola diet yang baik. Penyumbatan pembuluh darah berarti identik dengan kadar kolesterol jahat yang tinggi. Ayah saya benar-benar harus menjaga pola makannya agar kolesterol dan tekanan darahnya tidak meningkat melewati batas normal. Salah satu caranya adalah dengan menghindari makanan yang dimasak dengan cara digoreng.

Berkaca dari pengalaman ayah saya, sejak saat itu saya pun akhirnya mulai dengan serius mendisiplinkan diri dalam mengatur menu makanan untuk keluarga. Memang tak dapat dipungkiri bahwa penyebab penyakit semacam stroke bukan melulu karena makanan, bisa juga pengaruh stress, namun apa salahnya jika saya berusaha menerapkan pola hidup sehat. Demi kebaikan saya sendiri, dan juga pembelajaran dini bagi anak-anak saya tentang betapa pentingnya menjaga kesehatan.

Beberapa hal yang saya terapkan dalam pola makan sehat dalam keluarga sekarang di antaranya adalah :

2.8.13

Romi, Daeng Cilik Penjual Buah Tala

Hari ini seseorang menceritakan pada saya mengenai Romi, daeng cilik penjual buah tala. Dalam rangka menghidupkan kembali blog risablogedia ini, akan saya re-tell kisah tersebut  khusus untuk kawan-kawan semua.

Namanya Romi. Anak lelaki itu usianya sekitar 10 atau 11 tahun, ia kini duduk di bangku kelas 5 sekolah dasar. Entah sudah berapa lama Romi si daeng cilik ini berjualan buah tala. Atau, entah dalam rangka apa sampai ia harus berjualan buah tala -- apakah sekadar mengisi waktu liburan atau apa--, entah, nara sumber saya tidak sempat menanyakan padanya. Yang jelas, satu hal yang membuat keadaan Romi semakin menarik adalah bahwa menurut penuturannya, ia tinggal di Jeneponto. Sebagai informasi, jarak antara Jeneponto – Makassar adalah sekitar 70 km! Istimewa? Tentu saja. Jeneponto itu di luar kota Makassar. Dan jarak sejauh itu bisa jadi ditempuh selama 2 jam menggunakan kendaraan. Sementara menurut pengakuan Romi, ia naik angkutan umum saja menempuh jarak sejauh itu. Wow, terbayang oleh saya, berapa kali ia gonta-ganti angkutan? Belum lagi setibanya di tujuan ia harus memikul dagangannya ke mana-mana, berat, sembari menantang panasnya sinar terik matahari Makassar!


Ini dia, Romi, daeng cilik penjual buah tala

Terlepas dari semua masalah yang jika memang benar seperti itu faktanya tentu saja sangat sangat menakjubkan. Maksud saya, seorang anak kelas 5 SD, dari kampung turun ke kota demi menjual buah tala, masya allah! Di balik itu semua, betapa seorang anak kecil seperti Romi, telah paham arti berjuang dalam hidup. Ia tidak mengemis, tidak meminta-minta, tidak menadahkan tangan begitu saja, melainkan ia bekerja, ia berusaha! Sungguh sebuah sikap gentlemen yang ditunjukkan oleh bocah belia itu. sebuah sikap yang bila dimotivasi secara tepat pasti akan menghasilkan seorang yang hebat kelak suatu saat. Sebuah sikap yang membuat saya sukarela menghantar doa untuknya, semoga perjalanannya ini kelak akan menghantarmu menuju takdir terbaik dalam hidupmu, duhai Romi, daeng cilik penjual buah tala.

10.5.13

Tentang Buku


Seorang anak umur 9 tahun di Ukraina, mengajar sejarah di hadapan mahasiswa! Berita itu sungguh membuatku menganga pada suatu pagi yang sudah tak buta. Waw, bagaimana bisa? Kabarnya, sang bocah ini, yang pupil matanya berwarna keabuan, dengan senyum di bibir merah menawan, dan bukan artis namun sungguh rupawan, sejak kecil senang melumat ensiklopedi sejarah. Makanya di usianya yang seumuran anak kelas 3 SD, capable mengajar setara dosen.

***

Membandingkan jumlah buku yang terbit per tahun, antara AS dengan Indonesia, maka akan muncul angka berikut ; 75K vs 10K (sumber bacaan : http://www.indonesiaprintmedia.com). Jauh lebih banyak AS! Terlepas dari itu semua, tentang siapa menyalahkan siapa, saya jadi tergelitik untuk bertanya, jumlah buku terbit yang dimaksud tersebut, idealnya bergenre apa sih, agar sebuah bangsa dikatakan bisa menjadi lebih pintar? Angka 75K buku yang terbit di AS per tahun, itu persentasenya seperti apa ya kira-kira? Maksud saya, berapa yang berupa textbook, berapa buku ilmiah, berapa fiksi, berapa dongeng, dll? Saya sungguh penasaran dengan hal itu. Terlebih lagi ketika saya melirik isi rak buku saya, kok ternyata kebanyakan, ehm, buku cerita saja. Sementara sang bocah Ukraina yang kuceritakan tadi, yang dilalap adalah ensiklopedia. Duh, saya nggak punya, nggak menyediakan untuk anak-anak saya.
 
sumber gambar : www.mizan.com
Harus saya akui, setiap saya menonton film-film barat, di mana di sana ada adegan sekolah-sekolahannya, contoh populer, Twilight, ehm, atau Harry Potter, atau National Treasure! Ketika belajar, para siswa itu pasti menggenggam buku-buku yang tuebel, hardcover, pokoknya keren banget deh. Bandingkan dengan memori saya akan buku-buku sekolah saya yang... yah begitulah...

Nah, jadi bagaimanakah seharusnya? Apakah yang dimaksud dengan jumlah buku yang diterbitkan oleh sebuah negara dalam setahun, di mana Indonesia menempati posisi bawah? Adakah yang bisa bantu mencerahkan pemikiran saya?

19.4.13

Be a Writer : Grup Rahasia Penulis Indonesia


Be a Writer atau BaW adalah nama dari sebuah grup yang mengakomodir para penulis Indonesia, secara rahasia. Bukan hanya penulis yang sudah jadi, namun juga yang masih dalam proses belajar untuk menjadi penulis. Grup ini didirikan oleh sang founder-nya yaitu Leyla Hana, justru bertujuan untuk memfasilitasi orang-orang yang serius ingin belajar menulis. Sepertinya bu Kepsek, demikianlah biasa kami memanggilnya, memahami betul bahwa salah satu problem yang kerap ditemui oleh writers wannabe adalah sukarnya menemukan sebuah wadah yang sanggup dengan tangan dan hati terbuka memberikan bimbingan yang intens, kontinyu, anytime dan ehm, free hehehe. Eh, maksud saya setidaknya itulah yang saya rasakan.

Adalah menjadi suatu kebahagiaan tersendiri bagi saya, maksud saya dengan reputasi saya yang belum jadi apa-apa dalam dunia tulis-menulis, beliau berkenan mengundang saya untuk bergabung ke dalam grup Be a Writer atau BaW ini. Berawal dari keseringan saya tanya-tanya ini itu melalui inboxnya, mungkin, sehingga akhirnya diseretlah saya ke dalam grup.

Dan Alhamdulillah dengan diseretnya saya ke dalam salah satu grup rahasia penulis Indonesia ini, Be a Writer, saya seperti menemukan rumah baru di dunia maya. Sekarang tujuan saya online kebanyakan adalah untuk menyimak aktivitas grup ini. Apalagi aturan main dalam grup ini lumayan ketat, meski sekaligus dinamis. Tujuh hari dalam seminggu, memiliki tema bahasan yang berbeda-beda. Ada tema Diary Day di hari Senin, Sharing Day di hari Selasa, Blogging Day di hari Rabu, Promo Day di hari Kamis, Review Day di hari Jumat, Business Day di hari Sabtu, daaaaan Free Day di hari Minggu. Dengan variatifnya tema pembahasan maka beragam pulalah para anggota BaW, atau para BaWers meluapkan segala isi kepalanya terkait tema-tema tersebut setiap harinya. Ramaaaiiii selalu perbincangan di grup ini.

11.4.13

Kopi Panas Air Payau


Selusin gelas-belimbing kopi telah tersaji di meja, ketika bahkan mentari pun belum sempurna bertahta di cakrawala. Uap panasnya menguar, mengharumi udara di dalam rumah tua berlantai tanah, berdinding gedek bambu. Rumah simbahku, di desa Gandrung Mangu.

sumber gambar notes.urbanesia.com

Entah kopi apa yang diseduhnya, aku tidak terlalu tahu. Atau tepatnya tidak memperhatikan. Umurku belum lagi menginjak 12 tahun kala itu, mana aku peduli. Yang aku tahu, larutan hitam yang mengisi gelas-gelas itu rasanya manis, sedap, sanggup mengalahkan rasa payau air di sumur simbah dengan telak. Yang aku tahu, kalau suhu cafein cair itu masih terlampau panas, simbah akan menuangnya sedikit demi sedikit di lepek kecil agar aku bisa menyeruputnya perlahan. Slruuuppp... ahhh, segar! Apalagi padanan ritual meneguk kopi di pagi hari itu adalah sepiring nasi goreng racikannya yang dimasak di atas tungku kayu. Nikmatnya mengendap sampai ke hati...

*Mengenang alm. simbah-simbah Gandrung Mangu-ku

10.4.13

Mari Tumbuhkan Jiwa Wirausaha Sedari Dini


Cita-cita adalah satu hal yang selalu menarik untuk dibincang. Tanyakanlah kepada anak-anak tentangnya, kita akan memperoleh beragam jawaban dari mereka. Mulai dari jawaban klasik : ingin jadi presiden, dokter, pilot, polisi, atau tentara. Hingga jawaban tak terduga seperti ingin memiliki butik, jadi pengusaha truk, dan semacamnya. Mengertikah anak-anak itu ketika ditanyakan apa cita-citanya? Jika yang ditanya adalah anak seumuran taman kanak-kanak, besar kemungkinan mereka hanya 'asal sebut' saja. Tapi kenapa mereka bisa ‘asal sebut’ seperti itu?

Anak adalah ibarat sebuah layar kosong, apapun yang hendak kita ketikkan di sana maka itulah yang akan terekam, sebagai memori pertama. Seorang anak kecil yang ketika ditanya cita-cita spontan menjawab 'ingin jadi dokter' misalnya, sedikit banyak pasti telah tercekoki dengan informasi menakjubkan seputar profesi dokter terutama dari orang-orang terdekat di sekelilingnya. Sejak ia mampu mencerna informasi, cita-cita inilah yang terpatri ke dalam alam bawah sadarnya sehingga ketika tergali, hal tersebutlah yang akan muncul ke permukaan lalu tercetus.

Tak dapat dipungkiri, ada kecenderungan dari seorang anak untuk mengikuti pola yang ditetapkan oleh orang dewasa di sekitarnya. Pola yang tanpa disadari akan menelusup secara halus dan mengendap hingga menjadi jalur permanen yang akan diikuti sampai menuju tahap kedewasaan. Seorang anak yang besar di lingkungan ‘kamu keren jika besar nanti mengenakan seragam dan digaji’, sedikit banyak akan memakai pola pikir tersebut dalam mengejar jati dirinya kelak. Demikian pula seorang anak yang besar dalam paradigma ‘menggaji itu jauh lebih baik daripada digaji’, tentu akan memilih jalan yang berbeda dalam rangka meraih cita-cita.


Memang, kedua paradigma tersebut tidak otomatis berarti yang satu lebih baik daripada yang lainnya. Namun merujuk fakta bahwa betapa masih lebih rendahnya jumlah wirausahawan di Indonesia ketimbang negara-negara lain, sebut saja Amerika Serikat yang mencapai 12% sementara di negara kita bahkan 2% pun tak sampai, maka tentu ada sesuatu yang mestinya segera dibenahi. Apalagi mengingat negara-negara yang prosentase wirausahawannya tinggi itu justru berstatus sebagai negara-negara maju. Juga menengarai kecenderungan merosotnya nilai ekspor Indonesia ketimbang impornya. Demikian pula dengan kenyataan meningkatnya jumlah pencari kerja berijazah tinggi, seharusnya semakin meyakinkan kita semua bahwa ada yang salah dengan pola pikir kita selama ini. Pola pikir yang mendiskreditkan profesi wirausaha sehingga tanpa terasa mengerdilkan tumbuhnya jiwa wirausaha itu sendiri terutama di kalangan anak muda.

Jadi, apa yang perlu dilakukan untuk menumbuhkan jiwa-jiwa wirausaha sedari dini?

24.3.13

Manggis, Matoa, dan Rambutan Hitam


Ada banyak jenis, aneka ragam buah-buahan tropis dengan segala keistimewaannya. Tiga di antaranya, setidaknya dalam pandangan saya, ada yang memiliki sebuah persamaan ditinjau dari kulitnya. Apakah itu? Warnanya! Unik, eksotis.... hitam. Berikut ini dengan setulus hati,  saya persembahkan tiga jenis buah tropis berkulit hitam; manggis, matoa, dan rambutan hitam, khusus untuk kawan blogger semua :)

  • Manggis

Buah berkulit hitam ini, kalau boleh saya membuat perumpamaan, maka ia ibarat soal ujian yang lengkap dengan kunci jawaban. Iya, coba saja hitung ruas-ruas di bagian dasar buah lalu cocokkan dengan isi di dalamnya. Pasti benar! Saya bahkan belum pernah mendengar testimoni semisal, kunci jawaban manggis saya meleset, tidak sesuai dengan jumlah butir di balik cangkangnya...


Apapun itu, si tebak-tebak buah manggis ini, khasiatnya sangat dahsyat lho. Selain kandungan antioksidannya tinggi, ia juga berguna untuk memperbaiki fungsi pencernaan, salah satu buah-buahan yang baik membantu melancarkan b.a.b.

Dan yang pasti kulitnya hitam...

  • Matoa

22.3.13

YAMAHA Sembrani Merahku

Why YAMAHA?


Untuk urusan otomotif, jujur saja, saya adalah termasuk kelompok yang awam mengenainya. Ketika disuruh menilai kendaraan, kebanyakan saya akan melakukannya berdasarkan aspek estetis semata. Yang penting keren, nggak rewel, tangguh. Daann…tepat seperti itulah ketika sekitar lima tahun lalu saya memilih Yamaha MX untuk menjadi tunggangan saya sehari-hari. Untungnya, meski saya menentukan pilihan lebih karena alasan estetis, namun karena pilihan saya jatuh pada sebuah merek ternama, maka urusan kualitas sudah barang tentu tidak perlu diragukan lagi.

Selain nilai estetis, alasan saya ketika memilih Yamaha MX adalah gara-gara brand ambassadornya adalah salah satu pembalap motoGP. Kala itu, sekitar lima yang tahun lalu, pembalap berambut keriting berjuluk The Doctor yang identik dengan nomor 46 menjadi ikon Yamaha. Dan sepengamatan saya, di sirkuit motoGP, dialah sang bintang bersinar yang meraja nyaris di setiap trek dengan motor Yamaha-nya, meninggalkan semua lawan-lawannya. Persis seperti ungkapan, yang lain pasti ketinggalan!

Dua alasan kuat itulah yang pada akhirnya membuat saya memilih Yamaha MX. Meski kata orang motor tersebut terlalu macho buat saya. Tampilan bagian depan yang cukup berbeda dengan model motor bebek kebanyakan, garang! Ditambah lagi saya memilih velg yang model racing pula! Tapi saya tidak peduli. Meski saya perempuan, justru saya kurang suka jika tunggangan saya tampak feminin. Dan kehadiran Yamaha MX pada waktu itu sangat tepat untuk mewakili selera saya. 


Saya membayangkan, andai saja ketika itu sudah ngetren motor matic pilihan saya pasti akan jatuh pada Xeon RC. Selain ikonnya sama, yaitu pembalap motoGP, dari sisi tampilan, garangnya pun sama saya sukai seperti halnya Yamaha MX! Sama-sama keren! Bahkan untuk matic, teknologi motor injeksi yang diaplikasikan pada Xeon RC membuat motor ini selain keren dan cepat, juga canggih! Pokoknya semakin tak tertandingi!

Aku dan SEMBRANI MERAHku

Dalam dunia kaum adam, kendaraan seringkali dijuluki sebagai kekasih, belahan jiwa. Dirawat, disayang, dijaga sepenuh hati. Bahkan tak jarang pada akhirnya memunculkan kecemburuan dari pasangan sungguhannya. Bagaimana dengan kaum hawa? Haruskah saya ikut bersikap demikian? Hmmm, saya pikir tidak perlulah. Namun menganggap tunggangan saya sebagai sahabat setia, harus saya akui, saya memang melakukannya. Bagaimana tidak? Bersama motor inilah saya mencetak jejak roda di atas aspal. Mengarungi segenap penjuru kota, menantang panas, menembus hujan, melawan kemacetan. Hingga akhirnya saya pun menjuluki Yamaha MX milik saya ini dengan sebutan Sembrani Merah. Bersamanya seolah saya memiliki sayap dan terbang…..

Sebagai bentuk tanggung jawab saya pada Sembrani Merahku, minimal sebulan sekali saya akan membawanya mengunjungi dealer Yamaha untuk service. Demi kebaikan saya juga, sih. Saya tidak mau jika tiba-tiba saja Sembrani Merahku ngambek dan mogok di tengah perjalanan, kan? Selain itu, sesekali saya juga membawa kendaraan saya itu ke tempat pencucian motor agar bisa dibersihkan maksimal. Kalau ibarat wanita, ya, dibawa nyalon–lah istilahnya.

Pada Suatu Hari Bersama Sembrani Merahku

8.3.13

I Love You dalam Berbagai Bahasa Daerah Indonesia


Sejak belia, saya sudah terbiasa berkeliling Indonesia. Sebabnya adalah saya selalu ikut ayah saya yang sering dipindah-tugaskan oleh perusahaan tempatnya bekerja. Menjalani hidup yang berpindah-pindah, tentunya ada banyak hal positif yang berhasil melekati saya hingga saat ini. Salah satu di antaranya adalah, saya jadi tahu benar betapa luasnya negeri tercinta, sang zamrud khatulistiwa ini. Saya juga jadi tahu benar, betapa beranekaragamnya suku, adat, kebiasaan, dan ya, tentu saja, bahasa daerah di Indonesia.

aneka macam baju daerah sama halnya seperti beragamnya bahasa daerah indonesia
sumber gambar : http://dwiarinii.wordpress.com
Ada banyak bahasa daerah di Indonesia, itu sudah pasti. Sedangkan di satu wilayah saja ada beraneka ragam bahasa daerahnya. Saya ambil contoh, bahasa daerah di Sulawesi selatan, ada bahasa bugis, ada bahasa Makassar. Bahasa bugis itu sendiri pun masih terbagi-bagi lagi per wilayah. Bahasa bugis pangkep berbeda dengan bahasa bugis enrekang, misalnya. Setidaknya begitulah yang berhasil saya amati ketika sedang ada acara kumpul-kumpul keluarga. Yang seringkali hanya membuat saya merasa benar-benar terasing. Karena suasana ramai, namun saya nggak ngerti sama sekali apa yang sedang diperbincangkan (eh kok malah curcol).

Secara silsilah keluarga, saya sebenarnya adalah keturunan jawa tulen. Namun karena sejak belia, seperti yang sudah saya sebut di muka, saya selalu pindah-pindah domisili, akhirnya saya merasa predikat kejawaan saya sudah hilang. Coba saja ajak saya berbicara bahasa jawa, pasti saya akan bingung. Paling mengerti sepatah dua patah kalimat, selebihnya saya blank.

Demikian pula bahasa-bahasa daerah di mana saya pernah tinggal. Saya tidak pernah benar-benar menguasai bahasa dari satu daerah tertentu. Paling banter saya hanya tahu dialek setempat saja. Soal bahasa daerah aslinya paling tahu satu atau dua kata saja. Sayang sekali, ya! Padahal coba kalau saya paham, saya kan bisa mengklaim ‘menguasai empat bahasa’ selain bahasa Indonesia; bahasa jawa, bahasa sunda, bahasa ambon, bahasa papua, hehehe.

Namun tidak benar-benar memahami satu bahasa daerah tertentu bukan berarti saya tidak memiliki simpanan kosa kata yang bisa saya bagikan. Saya punyalah. Nah, berikut ini ada satu kalimat yang ingin saya bahasakan dalam beberapa bahasa daerah. Disimak ya, semoga berguna J

I love you
Kulo tresno karo sampeyan
Urang bogoh ka maneh
Beta sayang se
Sa cinta ko

Well, bagaimana, keren, kan? Ada yang tahu arti kalimat-kalimat tadi plus berasal dari bahasa daerah mana? ^__^

“Postingan ini diikutsertakan dalam giveaway ‘Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway’”


4.3.13

Harga Daging Sapi Lokal Melonjak Naik

Cukup kaget ketika pekan lalu saya melakukan belbul (belanja bulanan) di salah satu pasar hyper dan mendapati harga daging sapi lokal melonjak naik. Sebelumnya, sekitar beberapa bulan lalu ketika terakhir kali saya membeli daging merah tersebut, sebelum kasus impor daging sapi menjadi benar-benar serius karena salah seorang petinggi parpol ditersangkakan, rasanya harganya tidak segila ini. Daging sapi cincang dengan kategori premium, yang biasanya paling mahal harganya berkisar 90ribuan perkilo, sekarang menembus 129ribu per kilo! Demikian juga dengan daging sapi bagian tenderloin, sekarang harganya mencapai 115ribu sekilonya! Wuiihhhh!



Ada apa ini? Kenapa bisa harga daging sapi lokal melonjak naik sedemikian drastis begini? Sungguh telah demikian bobroknyakah regulasi di negeri ini sehingga ketika impor daging yang kabarnya telah mulai dikurangi itu, yang notabene membuat AS langsung protes kepada WTO – noted that! –, langsung memengaruhi kondisi pasar? Seolah ingin menunjukkan pada kita bahwa ‘kita memang tak bisa hidup tanpa daging sapi impor, lihat saja harganya langsung melonjak, kan?’. Menyedihkan. Di pikiran saya yang naïf ini, menyedihkan adalah perasaan yang langsung menyeruak mendapati kenyataan ini. Ada apa ini? Ada apa gerangan?

1.3.13

The Artist : Sebuah Kesenyapan yang Memesona

Alasan apa yang biasanya membuat kawan-kawan menonton sebuah film di televisi? Jalan ceritanya, aktornya, soundtracknya, atau apa? Kalau saya pribadi bisa apa saja. Bahkan terkadang hanya karena kebetulan saja ada film yang tayang di televisi, saya berada di sana, kemudian tertarik dan menontonnya.

Seperti film ini sebagai contohnya... :)

Kawan menyukai film bis… eh senyap? Itu lho, film yang di dalamnya seluruh tokohnya tidak bersuara. Tidak? Yakin? Bagaimana dengan Mr. Bean? Film yang sepanjang pemutarannya tidak pernah kita mendengar si pemilik wajah lucu itu berbicara jelas kecuali gumam-gumam entah-apanya. Namun anehnya sepanjang waktu kita selalu memahami apa yang terjadi, bahkan tertawa terbahak nyaris di setiap detiknya. Eh, Mr. Bean terkategori film senyap, kan ya?


The Artist. Saya tergoda menyaksikannya gara-gara di keterangan tertulis sebagai salah satu pemenang Oscar. Andai tidak ada iming-iming Oscar, mungkin, mungkin lho ya, saya akan buru-buru mematikan saja televisi itu dan beranjak tidur. Bagaimana tidak, The Artist ini mengambil setting waktu sekitar tahun 1920-an, lengkap dengan tampilan gambarnya yang a la televisi jadul, no colour. Dan, yap, nggak ada suara selain alunan melodi sebagai latar belakang saja! Bayangkan!

28.2.13

Doa Khusus Bagi Sepasang Pengantin Baru

my lovely sister n her husband ^^

Bagi sepasang pengantin baru, doa khusus apa yang biasa kamu ucapkan sebagai ucapan selamat? Selamat menempuh hidup baru? Semoga bahagia? Semoga lekas mempunyai momongan? Semoga langgeng sampai kakek-nenek?

Kalau saya, ucapan selamat yang biasa saya haturkan bagi sepasang pengantin baru adalah “Barokallahu lakum wa baroka alaikum, wa jamaa bainakuma fi khair”. Kenapa saya selalu memilih ucapan berbentuk doa khusus tersebut?

26.2.13

Bule Berbatik


Saat ini, adalah sebuah kelaziman orang Indonesia mengenakan batik dalam situasi apa pun. Para murid TK, SD, SMP hingga SMA dari ujung barat sampai timur Indonesia umumnya memiliki sebuah seragam bercorak batik khas sekolah masing-masing. Instansi-instansi hingga perusahaan swasta pun sekarang memiliki hari khusus berbatik. Bahkan kini setiap tanggal 2 Oktober telah dicanangkan sebagai Hari Batik!

UNESCO, sebuah lembaga milik PBB pun telah mengakui batik sebagai salah satu world heritage sejak Oktober 2009 lalu. Bayangkan! Betapa luar biasa perkembangan salah satu jenis kain asli Indonesia ini untuk menjadi acceptable oleh semua kalangan, kapan pun dan di mana pun.

Dengan dikenalnya batik sebagai salah satu kebudayaan luhur Indonesia, pada akhirnya kain tradisional Indonesia ini pun menjadi termasyhur di seluruh dunia. Bukan hanya kemolekan coraknya, tapi juga proses pembuatannya yang unik, terkhusus batik tulis tradisional, menjadi semakin diminati. Kain yang dilukis tangan, hand-made, dengan mengunakan canting yang berisi lilin cair atau seringkali disebut malam ini, sekarang kian sering menjadi tujuan wisata budaya. Banyak pelancong tertarik untuk menjajal keahlian yang tidak sembarang dimiliki orang ini. Sebuah keterampilan istimewa yang bahkan pada zaman dahulu konon untuk menciptakan selembar kain batik, seseorang sampai harus melalui ritual khusus terlebih dahulu!

Kalau dulunya batik identik dengan jarik simbah, kini batik seringkali hadir di tengah pesta mewah. Kalau dulunya batik sekadar dilirik jadi daster, sekarang batik dielu oleh para superstar! Tak tanggung-tanggung, superstarnya pun kelas dunia.

Bule berbatik? Ya! Sebut saja, the one and only Harry Potter alias Daniel Radcliffe. Ia pernah tertangkap kamera tengah mengenakan batik. Kemudian sederet selebritis lain seperti, Reese Whiterspoon, Jessica Alba, Paris Hilton, Rachel Bilson, Heidi Klum, dan Nicole Richie. Mereka semua pernah mengenakan batik dalam berbagai corak dan beraneka model. Bahkan Drew Barrymore sempat tertangkap kamera tengah memakai tas batik! Wow, bule-bule itu sungguh berbatik! Berarti satu lagi bukti tak terbantahkan betapa mendunianya batik sekarang, bukan?

22.2.13

A Street Cat Named Bob : A Book by James Bowen


Judul : A Street Cat Named Bob
Penulis : James Bowen
Penerbit (terjemahan) : PT Serambi Ilmu Semesta
Tahun Terbit : 2012
Jumlah Halaman : 318 halaman
ISBN  : 978-979-024-393-4

Sinopsis

A Street Cat Named Bob adalah sebuah novelisasi kisah nyata. Kisah nyata mengenai kehidupan seorang pemuda bernama James Bowen bersama kucingnya, Bob. Bob masuk dalam kehidupan James ‘tanpa disengaja’. Tanpa diundang, pada suatu sore, tiba-tiba saja Bob, si kucing jantan berbulu jingga itu, tampak bergelung santai di atas salah satu keset di pondokan tempat James tinggal di wilayah London. Tadinya James ragu apakah ia hendak memelihara Bob atau tidak, mengingat ketidakjelasan identitas Bob, apakah ia kucing peliharaan yang kabur ataukah kucing jalanan biasa saja. Namun setelah berupaya mencari pemilik Bob –yang mana hasilnya semua nihil– dan juga memberi kebebasan pada  Bob –terserah apakah ia ingin tinggal atau pergi–, akhirnya secara resmi James memelihara Bob.

(Insert : Menarik menerjemahkan kata “resmi memelihara hewan” versi negeri Inggris ini. Di sana mereka bersedia repot-repot untuk membasmi kutu yang ada di badan si kucing secara medis, mengebirinya, serta menanam microchip yang berisi identitas si kucing. Sepertinya mudah saja menemukan klinik hewan beserta para petugasnya di sana untuk segala keperluan tersebut. Ahh … betapa sangat melegakannya, ya?)

Harus kuakui, Bob ini memang memesona.
Saya membeli buku ini awalnya juga karena  kepincut covernya hehehe

20.2.13

Pengalaman Pertama Diwawancara Wartawan


Ditanya-tanya oleh wartawan, eh apa istilahnya – wawancara– ya, meski melalui telepon, meski super singkat dan cukup noisy, maksudnya penerimaan sinyal suara agak-agak mengganggu di kuping, itu adalah sebuah pengalaman yang cukup ‘wah’ buat saya. Maklumlah, ini adalah pengalaman pertama diwawancara wartawan, first time, jadi sedikit norak-norak bergembira begitu (buktinya sampai saya buatkan postingan segala di sini hehehe).

Adalah Senin sore yang lalu, tiba-tiba hape saya berdering tanpa sempat saya angkat. Saya tilik rupanya dari nomor yang tidak saya kenal. Belum lagi pikiran saya menelaah lebih jauh, sebuah pesan singkat keburu masuk yang isinya, intinya, menyatakan bahwa yang barusan menghubungi adalah wartawan dari sebuah koran di Makassar. Beliau minta saya mengangkat teleponnya. Okey.

Tentu saja tidak ada asap kalau tak ada api. Bukan ujug-ujug ada yang berminat mewawancara saya jika tak ada sebabnya, memangnya saya ini siapa :D. Saya yakin ini pasti gara-gara pagi harinya saya baru saja menerima hadiah atas kemenangan saya di lomba blog SuperSpeedy oleh Telkom Indonesia. Itu lho, cerpen fanfiction saya soal Kapten Zeen itu, sudah pada baca belum?

Nah, pagi harinya saya diundang ke gedung Telkom Makassar di Jalan Pettarani No. 2, atau seringkali orang-orang menyebutnya gedung putih, untuk menerima hadiah dari lomba tersebut. Nggak tanggung-tanggung, kawan, yang menyerahkan langsung adalah GM Telkom Sulsel, Bapak Firmansyah. What an honour for me. Kenapa an honour? Yeah, karena seperti yang dilansir oleh salah satu koran lokal yang sempat mewawancara saya itu yang katanya, ‘jangan remehkan ibu rumah tangga…’ Hmmmm …

Pas sudah di rumah, saya sempat kepikiran gini,
'eh waktu difoto kenapa saya menghadap kamera sih, ntar jadinya nggak alami dong'
Ehh, tau-taunya emang semua juga madep kamera hihihi

18.2.13

Menulis itu Ibarat Mengulur Pancing di Segara Tinta


Menulis itu, ibarat mengulur pancing di segara tinta. Sebagai penulis amatir, sungguh besar harapan saya agar karya-karya yang saya hasilkan bisa ikut meramaikan semesta raya dunia kepenulisan. Menganalogikan diri saya sebagai nelayan yang melaut di samudera, menebar pancing menjala ikan, demikian pula yang saya pikir harus saya lakukan. Atas tulisan-tulisan yang telah berhasil saya produksi, saya ibaratkan sebagai umpan, maka yang perlu saya lakukan adalah mengaitkannya di ujung kail untuk kemudian melemparkannya ke segara, segara tinta. Segara tinta yang saya maksud tentu saja adalah penerbit maupun media. 

sumber foto : fanspage Indonesian Photography

Lalu setelah itu apa? Tentunya menunggu. Menunggu apakah umpan yang saya tebar itu akan disambar oleh ikan-ikan yang saya incar. Apakah begitu saja? Ya, kurang lebih seperti itulah. Karena saya tak pernah tahu seperti apa garis nasib tulisan-tulisan yang saya buat itu. Erat kaitan dengan jalan rezeki saya? Ya, tentu saja, tak perlu diragukan lagi.

Sekali sebuah tulisan diumpankan, maka yang bisa saya lakukan hanya menunggu. Persis seperti seorang pemancing menunggui kail. Hanya bedanya, proses menunggui sebuah tulisan menemukan ikan yang tepat tidak sesingkat waktu yang dibutuhkan seorang pemancing betulan untuk mendapatkan ikan. Terkadang seminggu umpan berhasil disambar ikan, namun kadang butuh waktu berbulan-bulan atau bahkan berakhir tragis, tidak ada ikan yang bersedia memakan umpan!

Jika demikian lantas bagaimana? Ya tak apa-apa. Ada berjuta-juta ikan menghuni segara, pasti akan ada satu yang lapar dan mau menerima umpanan kita. Jika pun hal itu terjadi usah frustasi apalagi berputus asa, periksa kembali umpannya, mungkin saja salah sasaran. Berharap memancing kakap tapi kita mengumpan cacing, ya nggak nyambung kali cing!

So, just keep write and don’t give up!

#NTMS